Rss Feed
  1. Makna Lagu Garuda Pancasila

    Minggu, 16 Juni 2013

    Lagu bisa menjadi penghibur dan penggugah semangat kita. Terutama lagu-lagu yang bertema perjuangan atau yang membangkitkan rasa patriotisme kebangsaan. Salah satu lagu perjuangan itu adalah Garuda Pancasila yang diciptakan oleh Bapak Sudharnoto.

    Sudharnoto dengan nama samaran Damayanti dilahirkan di Kendal, Jawa Tengah, 24 Oktober 1925. Beliau adalah seorang pencipta lagu dan ilustrator film. Garuda Pancasila digubahnya pada tahun 1956. Beliau juga pernah memenangkan Piala Citra FFI 1980 sebagai penata musik terbaik dalam film "Kabut Sutra Ungu". (sumber : indonesianfilmcenter.com)

    Mungkin banyak yang sudah lupa syair dari lagu ini so berikut warcof coba sajikan liriknya perbait dan apa makna dibalik lagu Garuda Pancasila ini (versi warcoff), sebagai berikut :

    Garuda pancasila
    Akulah pendukungmu
    "Garuda sebagai lambang negara dan Pancasila sebagai dasar negara harus senantiasa kita dukung dan junjung tinggi sebagai bukti kedaulatan bangsa yang merdeka."

    Patriot proklamasi
    Sedia berkorban untukmu
    "Patriot proklamasi bermakna pejuang kemerdekaan/pejuang bangsa yang akan selalu siap sedia berkorban untuk negeri."

    Pancasila dasar negara
    Rakyat adil makmur sentosa
    *Pancasila sebagai dasar negara jika diterapkan secara nyata maka keadilan, kemakmuran dan kedamaian sentosa akan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

    Pribadi bangsaku
    Ayo maju maju
    Ayo maju maju
    Ayo maju maju
    "Kepribadian bangsa Indonesia adalah bangsa yang pantang menyerah, pantang berputus asa menghadapi semua cobaan yang datang. Bangsa yang penuh semangat untuk terus maju dan bersatu membangun tanah tumpah darah Indonesia".

    Sayangnya makna mulia dari lagu ini tidak lagi tertanam dibenak dan jiwa kita, terutama para pelaku korupsi dan para pemimpin bangsa saat ini. Dan lagu-lagu seperti ini seakan hanya diingat saat merayakan hari kemerdekaan atau disenandungkan saat upacara-upacara resmi kenegaraan :).

    Menurut warcoff, lagu seperti Garuda Pancasila dan yang sejenisnya diciptakan bukan sekedar untuk mengenang perjuangan para pahlawan tapi juga penciptaan ini adalah wujud ketulusan hati si pencipta yang dipersembahkan untuk bangsa dan negara, bukan hanya untuk mencari popularitas ataupun materi yang berlimpah. Semoga manfaat.


    Sumber            :
    http://waroengkemanx.blogspot.com/2012/05/makna-lagu-garuda-pancasila.html



  2. Puisi untuk Ibu Pertiwi

    Sabtu, 15 Juni 2013

    Ibu Pertiwi adalah lagu patriotik Indonesia populer yang walaupun seringkali diakukan bahwa ditulis oleh Ismail Marzuki, sebenarnya disusun dan ditulis oleh komposer yang tidak dikenal sekitar tahun 1950-an hingga 1960-an. Lirik lagu ini adalah tentang Ibu Pertiwi,personifikasi nasional dari Indonesia atau nusantara. Lagu ini biasanya dinyanyikan oleh anak-anak sekolah di Indonesia, dari Sekolah Dasar dan siswa Sekolah Menengah, atau dimainkan dalam orkes selama perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.

    Ibu Pertiwi merupakan personifikasi nasional Indonesia, sebuah perwujudan tanah air Indonesia. Sejak masa prasejarah, berbagai suku bangsa di kepulauan Nusantara sudah menghormati roh alam dan kekuatan bumi, mereka mengibaratkannya sebagai ibu yang memberikan kehidupan, sebagai dewi alam dan lingkungan hidup. Setelah diserapnya pengaruh Hindu sejak awal millenia pertama di nusantara, dia dikenal sebagai Dewi Pertiwi, dewi bumi.

    Ibu Pertiwi populer dalam berbagai lagu dan puisi perjuangan bertema patriotik, seperti lagu "Ibu Pertiwi" dan "Indonesia Pusaka". Dalam lagu kebangsaan "Indonesia Raya", lirik dalam bait "Jadi pandu ibuku", kata "ibu" disini merujuk kepada Ibu Pertiwi. Meskipun Ibu Pertiwi populer dalam berbagai lagu dan puisi perjuangan, perwujudan fisik dan citranya jarang ditampilkan di media massa Indonesia.

    Sebuah catatan masih tercecer dari acara yang diselenggarakan semalam sebelum penutupan program World Music Festival 2008 – GKJ. Tepat pada malam ke 16 di bulan Desember, sebuah kolaborasi pembacaan puisi & nyanyian, diberi titel ‘’Generasi Dalam Dialog’’, hadir dengan iringan Skolastika Ansamble yang dikomandani oleh Marusya Nainggolan.

    Binu Sukaman, salah satu penyanyi seriosa terbaik milik negeri ini, membuka acara dengan lagu “Ibu Pertiwi”. Lagu tersebut terasa begitu menggambarkan kondisi negeri tercinta ini. 

    Betapa Ibu Pertiwi kini sedang bersusah hati… merintih dan berdo’a… melihat proses penzaliman tanpa kendali atas simpanan kekayaan alam negeri ini… hutan, gunung, sawah & lautan… yang acap hanya untuk kemakmuran segelintir golongan… tanpa pernah kembali untuk dinikmati oleh bangsanya…

    kulihat ibu pertiwi
    sedang bersusah hati
    air matamu berlinang
    mas intanmu terkenang

    hutan gunung sawah lautan
    simpanan kekayaan
    kini ibu sedang susah
    merintih dan berdoa

    kulihat ibu pertiwi
    kami datang berbakti
    lihatlah putra-putrimu
    menggembirakan ibu

    ibu kami tetap cinta
    putramu yang setia
    menjaga harta pusaka
    untuk nusa dan bangsa


    Duhai ibu pertiwi… takkan heran pabila dikau bersusah hati… berlinang air mata… menyaksikan betapa kini lebih banyak yang merambah harta pusaka ketimbang menjaganya…

    Sumber:


  3. Dibalik Kisah Lagu Bengawan Solo

    Jumat, 07 Juni 2013

    Bengawan Solo. Sebuah lagu ciptaan Pak Gesang tahun 1940 silam, sebuah lagu yang sampai saat ini masih dikenal, masih dinyanyikan, masih dipebincangkan. Riwayatmu mengalir sampai jauh, sampai ke abad 21, sampai ke manca negara. Mengapa demikian? Tentu bukan kebetulan, pasti lagu ini mempunyai kekuatan, tanpa kekuatan tidak mungkin bertahan begitu lama, lak lekang dikenang orang.

    Di mana kekuatan itu? Pertama di nada-nadanya, di lagunya itu sendiri. Lagu Bengawan Solo sangat indah namun ditulis secara sederhana, hanya not-not pokok yang ada di sana, dengan demikian lagu ini bisa dinyanyikan dengan gaya pop maupun keroncong, dibuat paduan suara dengan menambah suara 2, 3, 4 juga bisa. Cengkok juga bisa sesuka hati, tanpa cengkok juga boleh. Dengan demikian semua kalangan bisa menyanyikan lagu ini, dari anak-anak sampai orang tua, dan tentunya dari negeri sendiri sapai orang asing, Jepang dan Cina sekalipun. Coba saja lagu lain, misalnya Lgm. Saputangan atau Kr. Tanah Airku, tidak semua orang bisa menyanyikan, apalagi dibuat paduan suara.

    Kekuatan kedua ada pada syairnya yang sederhana, mudah diingat, namun indah, coba lihat Bengawan Solo, riwayatmu ini, untuk membuat akhir kalimat dengan huruf i, maka yang seharusnya ini riwayatmu menjadi riwayatmu ini, tapi terasa indah bukan?

    Kekuatan ketiga ada pada syairnya yang bermakna, sepintas syair Bengawan Solo biasa saja, namun kalau kita perhatikan atau secara tidak sadar– ada makna tersirat di balik yang tersurat. Ada yang perlu ditafsirkan, tidak mengalir begitu saja, ini yang membuat orang tidak bosan mengulang dan mengulang lagu ini.

    Untuk melihat kekuatan kedua dan ketiga tadi, mari kita simak lagu ini.

    Bengawan Solo

        Bengawan artinya sungai besar, jadi Bengawan Solo artinya sungai Solo yang besar.

    Nah, pertanyaannya sebelum ada lagu ini, apa memang nama sungai ini Bengawan Solo? Jangan-jangan namanya Sungai Solo atau Kali Solo, nama Bengawan Solo muncul setelah lagu ini populer. Kalau dugaan ini benar, maka Pak Gesanglah yang memberi nama sungai ini.

    Bengawan Solo, riwayatmu ini

    Kata riwayat atau sejarah, seakan menyiratkan kita bahwa lagu ini akan punya riwayat yang panjang, sampai pergantian abad masih dibicarakan.

    Sedari dulu jadi perhatian insani

    Ternyata benar, dari dulu sampai sekarang Bengawan Solo menjadi perbincangan banyak insan, banyak orang, dari jaman keemasan di mana keluarga kerajaan bertamasya di sungai ini, pembuatan waduk Gajah Mungkur, sampai soal banjirnya yang menyapu berbagai kota akhir-akhir ini.

    Musim kemarau, tak seberapa airmu. Di musim hujan air meluap sampai jauh.

    Di tahun 40-an saja, kalau hujan sungai ini meluap sampai jauh, mungkin beberapa meter dari bibir sungai. Itu saat masih banyak hutan dan pohon disekitarnya. Seharusnya ini jadi pelajaran bahwa kita tidak boleh semena-mena membabat hutan dan tanaman di hulu dan sekitar sungai ini, atau air akan meluap lebih jauh lagi, bahkan sampai beberapa kilometer dan merendam wilayah yang dilaluinya. Dengan kata lain pencipta lagu ini sudah mengingatkan lho, sekian puluh tahun yang lalu, akan pentingnya menjaga ekosistem di sekitar sungai besar ini.

    Mata airmu dari Solo, dikurung gunung seribu.

    Kalau ditulis Mata airmu dari Solo, dari Pegunungan Seribu itu sudah benar, memang hulu sungai ini ada di daerah Pegunungan Seribu. Namun, pemilihan kata dikurung gunung seribu menjadikannya nyeni dan secara tidak sadar kita membayangkan ada seribu gunung mengitari mata air Bengawan Solo. Apa nggak hebat?

    Air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut

    Air Bengawan Solo mengalir dari kota Solo sampai Surabaya, memang jauh. Ini biasa saja. Tetapi kalau kita berfikir mungkin belum semua orang Solo pernah ke Surabaya, apalagi tahun 40-an, maka orang akan menduga-duga seberapa panjang sungai ini.

    Itu perahu, riwayatmu dulu

    Konon dahulu di Bengawan Solo banyak perahu hilir mudik, bahkan pihak keraton Surakarta mempunyai perahu khusus untuk melancong di Bengawan Solo.

    Kaum pedagang slalu, naik itu perahu

    Kaum pedagang mungkin sekarang sudah jarang atau tidak ada lagi yang menggunakan Bengawan Solo sebagai sarana transportasi. Bengawan Solo sudah tidak seramah dahulu.


    Sumber:
    http://seputarinfomusik.blogspot.com/2012/09/dibalik-kisah-lagu-bengawan-solo.html


    #NaDaIndonesiaku

  4. Di Balik Lagu Halo Halo Bandung

    Kamis, 06 Juni 2013

    Halo, Halo Bandung adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia yang menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota Bandung dalam masa pasca-kemerdekaan pada tahun 1946, khususnya dalam peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 29 Maret 1946

    Dalam peristiwa Bandung Lautan Api, rakyat Bandung membakar kota Bandung untuk mencegah kota tersebut dikuasai oleh tentara sekutu dan tentara NICA Belanda yang hendak merebut Indonesia kembali setelah pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada pasukan Sekutu dalam Perang Dunia II dan menarik pasukannya dari Indonesia.

    Lagu Halo, Halo Bandung menjadi sangat terkenal dan menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia dalam perebutan kemerdekaan mereka dari jajahan bangsa asing. Sampai hari ini sebagian masyarakat Indonesia meyakini bahwa lagu tersebut diciptakan oleh salah satu maestro musik Indonesia, Ismail Marzuki, namun sebagian kalangan juga masih meragukan hal tersebut, karena sumber informasi yang tak jelas mengenai lagu tersebut, ditambah dengan kondisi industri musik Indonesia yang kurang memprioritaskan perlindungan hak cipta.

    Yang menciptakan

    Nama pencipta resmi dari lagu Halo, Halo Bandung masih diragukan sebagian masyarakat Indonesia. Perdebatan tentang siapa pencipta lagu Halo-Halo Bandung sebenarnya sudah lama terjadi. Di dalam buku Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan yang ditulis Ratnayu Sitaresmi, Pestaraja HS Marpaung menyebutkan bahwa polemik itu mulai terjadi pada 1995. Pestaraja Marpaung adalah salah seorang pejuang yang sempat bergabung ke dalam Pasukan Istimewa (PI) Indonesia dan turut terlibat langsung dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

    Komponis senior Indonesia, AT Mahmud, membenarkan adanya polemik tersebut, dengan menyebutkan bahwa lagu tersebut tidak diketahui siapa penciptanya, menurut kutipan dari surat kabar Pikiran Rakyat edisi 23 Maret 2007.

    ""Informasi yang saya dengar, lagu tersebut, seharusnya, NN (No Name; Pencipta tak diketahui-red.)". Saya sendiri tak tahu bagaimana kemudian lagu itu jadi ciptaan Ismail Marzuki,” ungkapnya, ketika dihubungi, Kamis (22/3) petang. "


    Anggapan lagu diciptakan oleh Ismail Marzuki


    Sejauh ini, masyarakat Indonesia menganggap bahwa lagu perjuangan tersebut merupakan ciptaan Ismail Marzuki, berdasarkan informasi dari bermacam sumber. Akan tetapi, banyak orang yang meragukannya. Hal ini disebabkan karena berkecenderungan Ismail untuk mencipta lagu-lagu berirama lambat dan romantis. Sementara Halo-Halo Bandung dimasukkan dalam kategori lagu mars yang berirama cepat dan heroik.

    Keraguan masyarakat ini ditentang oleh pengamat musik Indonesia yang mengatakan bahwa Ismail Marzuki adalah pencipta lagu yang dinamis. Mereka tetap meyakini Ismail Marzuki sebagai pencipta lagu tersebut karena terdapat sisi romantisme yang adalah ciri khas Ismail Marzuki dalam lagu tersebut.


    Anggapan lagu diciptakan oleh Cornel Simanjuntak


    Anggapan ini muncul dari buku-buku cetak sekolah maupun sumber akademis yang kerap kali menuliskan bahwa Cornel Simanjuntak, salah seorang pencipta lagu dan pahlawan nasional Indonesia kelahiran Sumatera Utara, adalah pencipta lagu Halo-Halo Bandung.


    Anggapan lagu diciptakan oleh Bona L Tobing
    Ibu Kasur, salah seorang tokoh komponis senior Indonesia, mengatakan bahwa mendiang suaminya, Pak Kasur yang juga tokoh komponis Indonesia, mengatakan bahwa lagu tersebut diciptakan oleh seseorang bernama Tobing, menurut surat kabar Pikiran Rakyat edisi yang sama.

    Dalam buku Saya Pilih Mengungsi, Pestaraja Marpaung menyatakan bahwa Bona L Tobing adalah orang yang pertama kali mengucapkan "Halo! Halo Bandung!" yang menjadi sumber inspirasi lagu tersebut. Seperti dikutip dari surat kabar Pikiran Rakyat yang sama lagi.

    "Ceritanya, pada suatu malam, di Ciparay, diselenggarakan perayaan Batak. Di sana, disediakan pula sebuah panggung dan memberikan kesempatan kepada pengunjung yang ingin menyumbangkan lagu. Seorang pemuda Batak bernama Bona L. Tobing, tiba-tiba menyapa, "Halo!" kepada Kota Bandung di kejauhan, “Halo Bandung!". Kemudian sapaan itu memiliki irama, “Halo-Halo Bandung” seperti irama yang dikenal saat ini. "Akan tetapi, irama itu tidak selesai karena malam sudah larut,".


    Anggapan lagu diciptakan oleh para pejuang Bandung Selatan


    Di dalam buku Saya Pilih Mengungsi, Pestaraja Marpaung, yang akrab dipanggil Bang Maung, menyebutkan bahwa lagu tersebut bukan ciptaan perseorangan melainkan merupakan ciptaan bersama para pejuang di Ciparay, Bandung Selatan, tanpa melihat asal-usul suku bangsa. Hal tersebut dicerminkan dengan penggunaan kata "Halo!" yang adalah sapaan khas pemuda dari Medan, Sumatera Utara, yang ditimbulkan dari pengaruh film-film koboi dari Amerika yang sering diputar pada waktu itu. Ditambah dengan penggunaan kata "beta", bahasa daerah Ambon, Maluku, yang berarti "saya".

    Berikut kutipan dari buku Saya Pilih Mengungsi tentang cerita Pestaraja Marpaung mengenai penciptaan lagu Halo-Halo Bandung.

    "Sebagai pejuang, Bang Maung pun turut menyusup ke Kota Bandung, setiap malam, setelah peristiwa Bandung Lautan Api. "Siang hari tidak ada kerja. Jadi di Ciparay ini, anak-anak Bandung dari Pasukan Istimewa tiduran. ‘Eh, lagu yang kemarin itu mana? Halo! Halo Bandung! de-de-de— (berirama menurun).’ Setelah lama, orang Ambon juga ikut. Pemuda Indonesia Maluku itu, di antaranya Leo Lopulisa, Oom Teno, Pelupessy. Sesudah Halo-Halo Bandung, datang orang Ambonnya. Sudah lama beta! tidak bertemu dengan kau!’ Karena itu, ada ‘beta’ di situ. Bagaimana kata itu bisa masuk kalau tidak ada dia di situ. Si Pelupessy-lah itu, si Oom Tenolah itu, saya enggak tahu. Tapi, sambil nyanyi bikin syair. Itulah para pejuang yang menciptakannya. Tidak ada itu yang menciptakan. Kita sama-sama saja main-main begini. Jadi, kalau dikatakan siapa pencipta (Halo-Halo) Bandung? Para pejuang Bandung Selatan,” ucapnya."


    Sumber:



    #NaDaIndonesiaku

  5. Lagu-lagu nasional biasanya bertema patriotis dan memiliki makna yang sangat mendalam, bahkan ada beberapa lagu nasional yang rasanya bisa membakar semangat nasionalisme bila didengarkan ataupun dinyanyikan, seperti salah satunya lagu ‘Berkibarlah Benderaku’ Karya Ibu Soed. Di balik liriknya yang penuh semangat perjuangan ternyata ada cerita yang tidak kalah heroik yang menginspirasi Ibu Soed untuk menulis lagu ini loh! Wah kira-kira seperti apa tuh ceritanya ya? Yuk disimak!

    Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi lagu populer abadi, beberapa antara lain: Hai Becak, Burung Kutilang, dan Kupu-kupu. Ketika genting rumah sewaannya di Jalan Kramat, Jakarta, bocor, ia membuat lagu Tik Tik Bunyi Hujan. Lagu wajib nasional yang dia ciptakan adalah Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku. Lagu-lagunya yang lain banyak yang juga telah menjadi populer, a.l. Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, Himne Kemerdekaan, dll.

    Lagu-lagu Ibu Soed, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, selalu mempunyai semangat patriotisme yang tinggi. Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu itu diciptakan Ibu Soed setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI (Radio Republik Indonesia) menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, dimana Jusuf menolak untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda.

    Ceritanya bermula pada malam 21 Juli 1945 saat Jusuf yang ketika itu berusia 33 tahun menolak perintah di bawah ancaman senjata dari para serdadu Belanda yang meminta agar dia menurunkan bendera merah-putih yang tengah berkibar. Ancaman senjata, dia balas dengan gertak ancaman pula, "Kalau memang bendera harus turun, maka dia akan turun bersama bangkai saya!" cecar Jusuf yang lalu mengilhami lahirnya sebuah lagu perjuangan yang tidak lain adalah Berkibarlah Benderaku.

    Sebagai generasi muda penerus bangsa, sudah selayaknya kita meniru semangat juang dari sosok Jusuf Ronodipuro yang rela mati demi mempertahankan Bendera Merah Putih yang merupakan simbol dan identitas dari bangsa dan negara ini. Kita haruslah memiliki kegigihan dan semangat seperti beliau dengan menumbuhkan rasa nasionalisme dan mencintai tanah air tercinta kita, Tanah air Indonesia! :D

    Nah, sekarang yuk kita sama-sama menumbuhkan nasionalisme dengan menyanyikan lagu perjuangan Berkibarlah Benderaku! Kobarkan semangat cinta tanah air! :D

    Berkibarlah Benderaku
    Berkibarlah benderaku
    Lambang suci gagah perwira
    Di seluruh pantai Indonesia
    Kau tetap pujaan bangsa

    Siapa berani menurunkan engkau
    Serentak rakyatmu membela
    Sang merah putih yang perwira
    Berkibarlah Slama-lamanya

    ***
    Kami rakyat Indonesia
    Bersedia setiap masa
    Mencurahkan segenap tenaga
    Supaya kau tetap cemerlang

    Tak goyang jiwaku menahan rintangan
    Tak gentar rakyatmu berkorban
    Sang merah putih yang perwira
    Berkibarkah Slama-lamanya


    Sumber:


    #NaDaIndonesiaku 




  6. Cublak Cublak Suweng

    Selasa, 04 Juni 2013

    Cublak-Cublak Suweng
    Asal: jawa tengah

    Cublak-cublak suweng
    suwenge ting gelenter
    Mambu ketudhung gudhel
    Pak Gempong lera lere
    Sapa ngguyu ndelikake
    Sir sir pong dele gosong
    Sir sir pong dele gosong

    Tentu saja bagi mangsyarakat Jawa pada umumnya pernah tau atau bahkan sering menyanyikan tembang ini..entah itu utk meninabubukkan si kecil ataupun untuk memainkan permainan ini yang tempo dulu sangat disuka sekali. Permainan yg entah siapa yg mencipta atau memulainya begitu akrab dan hampir setiap hari dimainkan sewaktu kecil. mungkin kalian semua pun juga pernah tau atau bahkan pernah juga memainkan ini.

    Permainannya sangatlah mudah dan sederhana, bisa dimainkan oleh 3 sampai 7 orang atau lebih. Satu orang tengkurep sambil njengking seperti posisi sujud dan yg lainnya memutarkan sebuah biji/batu dari satu orang ke orang lain sambil menyanyikan tembang itu. Biji akan berakhir berputar berbarengan bait sir..sir..pong dele gosong... Dan yang terakhir pegang biji langsung menggenggam rapat2, yg lainnya pun ikut menggenggam seolah2 nggenggam biji. dan bersamaan itu orang yang sujud tadi bangun dan mencari siapa yang memegang biji, sementara yang lainnya masih terus menyanyikan sir..sir..pong..dele gosong.. sambil menggoyang2kan tangannya (memutar) terus sampai yang tengkurep tadi terbangun dan menebaknya. apabila berhasil ketebak, maka yang ketebak tadi bergantian tengkurep dan bila tidak tertebak maka dia akan tengkurep lagi sampai dia bisa menebaknya dengan benar. dan begitu seterusnya.


    Ternyata tembang Cublak2 Suweng ini bercerita tentang keteguhan seseorang dalam mencari ilmu. sampai dia menemukan kesejatian ilmu yg sebenarnya diantara berjuta ilmu yg ada di muka bumi ini. Begini pengartiannya menurut si mbah nya... 

    Cublak cublak suweng :
    Suweng adalah sebangsa hiasan ditelinga dan bisa pula diartikan sebuah Suwangan yg biasa dipasang di ekor burung Dara, sehingga bila Dara ini terbang akan membunyikan suara "ngggiiiiingggg....." jd maknanya, Telinga kita harus selalu mendengar..

    Suwenge Teng Gelenter : Suara/Ilmu itu ada dimana-mana...

    Mambu Kethundul Gudhel (Gudhel adalah anak Kerbau yg msih blm bermangpaat dan masih selalu menyusu) maknanya : dan merasalah sebagai seorang yg bodoh sehingga kita harus menyerap segala bau sampai kita bisa membedakan bau-bau (ilmu) yg tersebar.

    Pak Gempong Lera lere : (pak gempong=dewasa, lera-lere= mnoleh kekanan-kiri..)
    Dan ketika dewasa, pasti kita akan banyak pengalaman sehingga kita akan cermat dalam mimilah2 ilmu.

    Sir..sir pong dele gosong : Dan suatu kesia-sia'an bila ketika kita melewati hidup ini dengan tidak mencari ilmu yg bermanfaat, sehingga seperti sebuah kedelai yg kopong/kosong/tdk berisi dan mudah hanyut kesana-kemari oleh kebodohan kita.

    Pesan dari tembang itu adalah mengajak kita untuk berusaha mencari ilmu dengan segala indra kita dan jangan menyia-nyiakan hidup dengan kebodohan.
    Menurut Simbah penulis cerita begitulah makna yg terkandung.
    Benar tidaknya, monggo dipun laras (mohon dimaafkan)


    Sumber: 



    #NaDaIndonesiaku

  7. Lagu Daerah Sulawesi

    Sabtu, 01 Juni 2013

    Malam ini kita mau menjelajahi lagu daerah dari Pulau Sulawesi nih!
    Sebelumnya, Pulau Sulawesi sendiri terdapat 6 provinsi. Diantaranya adalah Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.

    Kita menemukan beberapa lagu dari pulau yang terlihat seperti huruk K ini.
    Dari Sulawesi Utara ada Esa Mokan, Gadis Taruna, O Ina Ni Keke, Sitara Tillo, Tahanusangkara, Tan Mahurang
    Di Sulawesi Tengah ada Tondok Kadadiangku, Tope Gugu,
    Selain itu Ammac Ciang, Anak Kukang, Anging Mammiri, Ati Raja, Batti'batti, Ganrang Pakarena, Ma Rencong, Marencong-rencong, Pakarena dari Sulawesi Selatan
    Sulawesi Tenggara terdapat Peia Tawa-Tawa, Tana Wolio
    Dan Gorontalo ada Binde Biluhuta, Dabu-Dabu

    Seperti biasa, kita punya lagu daerah pilihan yang akan kita share. Ini dia lagunyaa :D

    Si Patokaan - Provinsi Sulawesi Utara

    Sayang sayang si patokaan
    Matego tego gorokan sayang
    Sayang sayang si patokaan
    Matego tego gorokan sayang



    Sako mangemo tanah man jauh
    Mangemo milei leklako sayang



    Artinya (bahasa Indonesia):

    sayang-sayang orang patokaan
    pucat dan sakit-sakitan sayang
    sayang-sayang orang patokaan
    pucat dan sakit-sakitan sayang


    jika kau pergi ke tanah jauh

    pergilah dengan berhati-hati sayang
    jika kau pergi ke tanah jauh
    pergilah dengan berhati-hati sayang

    Yang kedua ada Anging Mammiri


    Anging Mammiri
    Anging mammiri ku pasang
    Pitujui tongtongana
    Tusaroa takkan lupa (2X)

    Eaule na mangu rangi
    Tutenaya, tutenaya parisina (2X)

    Batumi anging mammiri
    Anging ngerang dinging-dinging
    Namalantang saribuku

    Eaule mangerang nakku
    Nalo'lorang, nalo'lorang jene mata

    Anging mammiri ku pasang
    Pitujui tongtongana
    Tusaroa takkan lupa


    Anging mammiri adalah lagu daerah Makassar yang cukup populer. Lagu Anging Mammiri memiliki musik yang lembut dan liriknya agak melo. Ketika masih di kampung halaman lagu anging mammiri mungkin kurang memberi kesan, begitu para pemuda ini merantau keluar daerah,  lagu ini akan membuat para pemuda perantau makassar yang mendengarnya akan teringat dan rindu akan kampung halamannya.

    Arti lagu menurut bahasa:
    Wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan
    Sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya
    Pada dia yang sering melupakan

    Duhai .. Hingga dia dapat teringat

    Si dia yang tak memiliki simpati

    Datanglah wahai angin yang bertiup semilir

    Angin yang membawa rasa dingin
    Yang menusuk hingga ke sumsum tulang

    Duhai .. Agar dia teringat

    Bercucuranlah, bercucuranlah air mata


    Sumber: