Ibu Pertiwi adalah lagu patriotik Indonesia populer
yang walaupun seringkali diakukan bahwa ditulis oleh Ismail
Marzuki, sebenarnya disusun dan ditulis oleh komposer yang
tidak dikenal sekitar tahun 1950-an hingga 1960-an.
Lirik lagu ini adalah tentang Ibu Pertiwi,personifikasi nasional dari Indonesia atau nusantara.
Lagu ini biasanya dinyanyikan oleh anak-anak sekolah di Indonesia, dari Sekolah Dasar dan
siswa Sekolah Menengah, atau dimainkan dalam orkes
selama perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Ibu Pertiwi merupakan personifikasi nasional Indonesia,
sebuah perwujudan tanah air Indonesia. Sejak masa prasejarah, berbagai suku
bangsa di kepulauan Nusantara sudah menghormati roh alam dan kekuatan
bumi, mereka mengibaratkannya sebagai ibu yang memberikan kehidupan, sebagai
dewi alam dan lingkungan hidup. Setelah diserapnya pengaruh Hindu sejak awal
millenia pertama di nusantara, dia dikenal sebagai Dewi Pertiwi,
dewi bumi.
Ibu Pertiwi populer dalam berbagai lagu dan puisi perjuangan bertema patriotik, seperti lagu "Ibu Pertiwi" dan "Indonesia Pusaka". Dalam lagu kebangsaan "Indonesia Raya", lirik dalam bait "Jadi pandu ibuku", kata "ibu" disini merujuk kepada Ibu Pertiwi. Meskipun Ibu Pertiwi populer dalam berbagai lagu dan puisi perjuangan, perwujudan fisik dan citranya jarang ditampilkan di media massa Indonesia.
Sebuah catatan masih tercecer dari acara yang diselenggarakan semalam sebelum penutupan program World Music Festival 2008 – GKJ. Tepat pada malam ke 16 di bulan Desember, sebuah kolaborasi pembacaan puisi & nyanyian, diberi titel ‘’Generasi Dalam Dialog’’, hadir dengan iringan Skolastika Ansamble yang dikomandani oleh Marusya Nainggolan.
Binu Sukaman, salah satu penyanyi seriosa terbaik milik negeri ini, membuka acara dengan lagu “Ibu Pertiwi”. Lagu tersebut terasa begitu menggambarkan kondisi negeri tercinta ini.
Betapa Ibu Pertiwi kini sedang bersusah hati…
merintih dan berdo’a… melihat proses penzaliman tanpa kendali atas simpanan
kekayaan alam negeri ini… hutan, gunung, sawah & lautan… yang acap hanya
untuk kemakmuran segelintir golongan… tanpa pernah kembali untuk dinikmati oleh
bangsanya…
kulihat ibu pertiwi
sedang bersusah hati
air matamu berlinang
mas intanmu terkenang
hutan gunung sawah lautan
simpanan kekayaan
kini ibu sedang susah
merintih dan berdoa
kulihat ibu pertiwi
kami datang berbakti
lihatlah putra-putrimu
menggembirakan ibu
ibu kami tetap cinta
putramu yang setia
menjaga harta pusaka
untuk nusa dan bangsa
Duhai ibu pertiwi… takkan heran pabila dikau bersusah hati… berlinang air mata… menyaksikan betapa kini lebih banyak yang merambah harta pusaka ketimbang menjaganya…
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar